Return to site

Riset: Prediksi Nilai Transaksi e-Commerce Indonesia Tahun 2025

Bagaimana masa depan bisnis online di Indonesia?

· News

e-Commerce Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik pada tahun 2017 ini. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Google Indonesia bersama lembaga riset asal Jerman, GfK, Google menyebutkan bahwa pertumbuhan e-Commerce tahun ini akan mencapai 26%. Bahkan, Google memprediksi bahwa pada tahun 2025 mendatang 100 juta warga Indoensia akan aktif berbelanja online dengan taksiran belanja mencapai USD81 miliar.

 

“hasil riset kami menunjukkan belanja online di Indonesia akan semakin marak di masa depan. Angkanya cukup tinggi, dari 100 juta pengguna internet akan terus menunjukkan pertumbuhan di Indonesia. Pasar online di Indonesia ditaksir akan mencapai USD81 miliar pada tahun 2025” ungkap Pak Hengky Prihatna yang menjabat sebagai Country Industri Head Google Indonesia, dikutip dari Tempo.

 

Riset tersebut juga menunjukkan bahwa perilaku konsumen dalam berbelanja online saat ini pun juga sudah berubah. Dari awalnya yang kurang percaya dengan toko-toko online dan mengutamakan pembayaran di tempat (COD), saat ini banyak yang berbelanja dengan melakukan pembayaran via bank transfer.

 

Untuk mempermudah hasil riset ini, Google mengkategorikan hasil sebagai berikut.

 

1. Inovator (berasal dari orang-orang yang memiliki pendapatan tinggi dan memiliki perangkat lebih dari satu)

Untuk kategori ini menghasilkan data: 64 persen kategori ini lebih suka mencari info langsung dari toko online. Sementara 74 persen memiliki ketertarikan untuk melakukan pembelian dengan harga murah.

2. Early Adopter (berasal dari orang-orang yang memiliki pendapatan lebih rendah dengan memiliki perangkat lebih dari satu)

Untuk kategori ini menghasilkan data: 46 persen menyukai pencarian melalui online dengan menggunakan mesin pencarian (Google search), 66 persen lebih cenderung mudah terpikat dengan harga murah.

3. Gaptek (berasal dari orang-orang berpendapatan tinggi tapi hanya memiliki satu perangkat)

Kategori ini menghasilkan data: 36 persen lebih suka mencari informasi langsung pada merek/brand.

4. Late blommers (berasal dari orang-orang dengan pendapatan lebih rendah dan memiliki satu perangkat.

Kategori ini menghasilkan data: 58 persen mementingkan kemudahan sedangkan 74 persen mengutamakan harga murah.

 

Pak Hengky menambahkan, mengembangkan bisnis online di Indonesia merupakan peluang usaha baru untuk menggerakkan perekonomian dalam negeri. Pak Hengky menghimbau agar pelaku usaha yang ingin menjalankan bisnis online dapat memanfaatkan data dari pengelompokan konsumen untuk menemukan target market yang tepat untuk bisnisnya.

Ilustrasi (c) Pexels.com